Halo! Apakah kamu tertarik untuk mencoba berinvestasi di pasar modal, namun masih bingung dengan berbagai produk investasi yang ada? Tahukah kamu bahwa salah satu instrumen investasi yang menjadi pilihan banyak orang adalah obligasi? Artikel ini akan membahas cara kerja dan risiko investasi obligasi agar kamu bisa memahami lebih jauh sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
Apa Itu Obligasi dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh suatu perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan dana dari masyarakat. Dengan membeli obligasi, berarti kamu meminjamkan uangmu kepada penerbit obligasi dan mendapatkan kontrak yang mengatur besarnya bunga dan jangka waktu pengembaliannya.
Cara kerja obligasi sebenarnya sederhana. Misalnya, kamu membeli obligasi senilai Rp10.000.000 dengan yield (imbal hasil) sebesar 5%. Maka setiap tahun, kamu akan menerima bunga sebesar 5% x Rp10.000.000 = Rp500.000. Setelah jangka waktu obligasi berakhir, biasanya antara 3-20 tahun, kamu akan mendapatkan kembali pokok investasi yang telah kamu keluarkan tadi, yaitu Rp10.000.000.
Risiko Investasi Obligasi
Setiap instrumen investasi tentunya memiliki risiko yang perlu kamu ketahui sebelum mengambil keputusan. Berikut ini beberapa risiko yang ada dalam investasi obligasi:
1. Risiko Kredit atau Default
Risiko kredit adalah risiko penerbit obligasi tidak bisa memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada pemegang obligasi. Risiko ini umumnya lebih tinggi pada obligasi korporasi dibandingkan obligasi pemerintah.
Untuk mengurangi risiko ini, kamu bisa memperhatikan rating obligasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat. Obligasi dengan rating tinggi biasanya memiliki risiko kredit yang lebih rendah, namun imbal hasilnya juga lebih rendah.
2. Risiko Suku Bunga
Risiko suku bunga adalah risiko penurunan harga obligasi yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga di pasar. Ketika suku bunga naik, harga obligasi yang sudah kamu beli akan turun karena investor mencari obligasi baru dengan yield yang lebih tinggi. Sebaliknya, saat suku bunga turun, harga obligasi akan naik.
Untuk mengurangi risiko ini, kamu bisa memilih obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek karena lebih likuid dan harganya lebih stabil.
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko kesulitan menjual obligasi karena tidak banyak pembeli di pasar. Hal ini mungkin terjadi karena obligasi yang kamu beli kurang populer atau memiliki rating rendah. Jika kamu terpaksa menjual obligasi itu, harga jualnya kemungkinan akan lebih rendah dari harga beli.
Untuk mengurangi risiko ini, kamu bisa memilih obligasi yang lebih banyak diperdagangkan di pasar dan memiliki rating yang baik.
Kesimpulan
Investasi obligasi bisa menjadi pilihan instrumen investasi yang menarik karena imbal hasilnya relatif stabil dan memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan saham. Namun, kamu tetap perlu memahami cara kerja dan risiko yang ada sebelum memutuskan untuk membeli obligasi. Pastikan kamu memilih obligasi dengan baik dan sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasimu. Selamat mencoba!